Sore di teras rumah Mas Deni terasa khas — angin pelan, aroma kopi hitam, dan tikar anyaman yang baru saja dijemur dari siang tadi. Ia sedang menggulung tikar itu perlahan sambil bersenandung kecil. Ponselnya, yang tergeletak di atas meja, masih menampilkan layar permainan Mahjong Ways 2 dalam mode idle. Tak ada yang istimewa, sampai tiba-tiba tikar yang digulungnya berderit kencang dan ia berteriak spontan, “Gaskeun!”
Suara teriakannya menggema ringan ke seluruh halaman. Tapi yang membuatnya terkejut bukanlah gema itu — melainkan layar ponselnya yang bergetar beberapa detik kemudian. Saat ia menoleh, simbol wild dan scatter muncul bersamaan di layar, seperti menjawab seruan semangatnya barusan. Ia menatap ponselnya dengan mata melebar, lalu tertawa keras. “Lah, ini beneran ikut disemangatin apa gimana!” katanya sambil garuk kepala.
Mas Deni memang dikenal sebagai orang yang penuh energi. Setiap kali melakukan sesuatu, ia jarang setengah hati — bahkan saat menggulung tikar pun, nadanya bisa seperti orang memimpin lomba. “Gaskeun” bukan sekadar kata penyemangat baginya, tapi juga semacam tanda untuk mulai fokus. Ia percaya bahwa segala hal yang dilakukan dengan niat dan energi penuh bisa membawa hasil yang lebih pas.
Dan sore itu, kebetulan (atau mungkin memang waktunya), teriakannya seolah menekan tombol yang tak kasat mata. Wild dan scatter muncul di layar persis setelah gulungan tikar selesai. Mas Deni hanya bisa geleng-geleng kepala sambil tertawa. “Wah, ini tikar ikut support nih,” ujarnya sembari mengibaskan tangan yang berdebu.
Bagi Mas Deni, tikar bukan benda biasa. Ia menganggapnya sebagai simbol keseimbangan rumah — tempat keluarga berkumpul, tempat anak-anaknya tidur siang, dan kadang juga tempat ia rebahan sambil main gim. Anyamannya yang tersusun rapi tapi fleksibel membuatnya sering berpikir bahwa hidup juga perlu seperti itu: kuat, tapi tetap lentur mengikuti keadaan.
Ketika wild dan scatter muncul sore itu, ia merasa seperti melihat pantulan filosofi kecil yang sama. Pola yang semula acak tiba-tiba menyatu dengan sempurna, seperti anyaman tikar yang tak terlihat tapi saling terhubung. “Mungkin karena lagi selaras aja,” katanya. “Antara tangan yang kerja, pikiran yang tenang, sama teriakan yang tulus.”
Setelah kejadian itu, Mas Deni menceritakannya ke teman-teman nongkrongnya. Mereka tertawa sambil menirukan gaya teriaknya. Namun diam-diam, mereka semua sepakat bahwa semangat seperti itu memang menular. Dalam banyak hal, apa yang kita bawa ke sebuah momen — entah itu tawa, niat, atau energi — sering kali ikut memengaruhi hasilnya.
“Wild-nya muncul bukan karena hoki,” kata Mas Deni dengan nada bercanda, “tapi karena getarannya kenceng dari suara ‘gaskeun’.” Ucapan itu disambut tawa keras, tapi juga anggukan setuju dari mereka yang tahu bahwa semangat bisa menjadi bentuk fokus yang paling jujur.
Setelah kejadian itu, “gaskeun” bukan lagi sekadar ucapan bagi Mas Deni. Ia menjadikannya mantra ringan setiap kali akan memulai sesuatu. Entah itu menggulung tikar, memperbaiki motor, atau menekan tombol spin di layar, kata itu jadi simbol kesiapan — bukan untuk menang, tapi untuk hadir penuh dalam momen yang sedang ia jalani.
Bagi dirinya, keberhasilan kecil seperti wild dan scatter yang muncul bersamaan bukan kebetulan semata, melainkan cerminan dari rasa semangat yang tulus. “Kalau setengah-setengah, hasilnya juga nanggung,” katanya. “Tapi kalau udah gaskeun, semuanya jadi nyatu.”
Kisah Mas Deni mungkin terdengar kocak, tapi di baliknya ada pelajaran sederhana tentang energi dan keikhlasan. Wild dan scatter yang muncul bukan hanya simbol keberuntungan, tapi juga tanda bahwa terkadang, semangat dan keselarasan bisa hadir di tempat yang paling tak terduga — bahkan di teras rumah, di antara gulungan tikar dan tawa sore yang santai.
Dan sejak hari itu, setiap kali melihat tikar tergulung rapi di pojok teras, Mas Deni selalu tersenyum kecil. “Udah siap kalau mau gaskeun lagi,” katanya, sambil menyalakan ponsel dan menatap layar dengan tenang, seolah siap menghadapi apa pun yang berputar di depannya.